Rabu, 11 Maret 2009

Dongeng Pikiran
(Di Mana Pikiranmu?)


Masih bayi belajar berdiri
Pikirannya seputar kaki
Serasa ingin menjelajah negeri
Terasa goyah menginjak bumi

Tersenyum simpul balita gembul
Pikirannya sebatas dengkul
Berlari-lari terpantul-pantul
Minumnya susu buburnya bekatul

Akil baliq pun lewat
Pikirannya ke pisang dan donat
Pisang mencuat berdaun lebat
Donat bolong bertabur coklat

Masa remaja telah tiba
Pikirannya di antara paha
Pesona si dia menghapus norma
Hasrat berdua tanpa busana

Saat dewasa datang menjemput
Pikirannya berkutat di perut
Nafsu dunia membuat hanyut
Saling sikut ingin berebut

Kini rasanya mulai menua
Pikirannya di tangan dan dada
Terengah-engah dalam bekerja
Anak dan istri minta belanja

Rambutnya mulai beruban
Pikirannya di kerongkongan
Kata-katanya jadi panutan
Ini amanah atau kekuasaan?

Uban merata botak menganga
Pikirannya diam di kepala
Surut sudah kejayaanya
Menjadi kisah masa lalunya

Rambut tak rimbun mata pun rabun
Pikirannya beku di ubun-ubun
Katanya mbah sudah pikun
Mengunyah roti ternyata sabun

Sudah uzur napas tak teratur
Pikirannya lari ke kubur
Semeter dua sudah diukur
Tanah digali bukan sumur

Waktunya pulang ke liang lahat
Malaikat datang mendekat
Menagih pikiran amal dan niat
Semakin pucat mayat yang sesat


---
mbah_ismu, Jakarta 28/02/2008.
First published at: id.answers.yahoo.com
---

___
Edited @ 2010-10-10, added:
---
Dunia ini adalah alat simulasi - integrated - multiplayer - untuk manusia dalam belajar. Setiap manusia menjadi pengajar bagi yang lain melalui contoh jalan hidupnya. Benar maupun salah. Semua adalah pelajaran. Secara "akumulatif" tidak ada kejadian yang "salah" di dunia ini. So kayaknya kita juga layak berterimakasih pada Fir'aun atas pelajaran yg diperankannya untuk kita. Juga pada setan-setan dari golongan jin maupun manusia sebagai sparing partner.

Oret-oretan di atas adalah rangkuman kurikulum pelajaran tipikal untuk setiap manusia (dan jin?). Kekacauan sering diakibatkan orang-orang yang tertinggal pelajaran. Tingga kelas. Nunggak. Bodo ela-elo koyo kebo. Buta mata hatinya... Saat kurikulum pikirannya sudah di kerongkongan, kata-katanya jadi panutan anak buahnya. Berdehem jadi duit, batuknya jadi anak perusahaan, bersinnya jadi departemen... Kalau pikirannya telat "naik" sesuai kurilum, masih nyantol di urusan perut. Atau lebih parah... urusan di antara paha, di dalam hotel... Apa kata dunia?????
_

2 komentar:

erwin mengatakan...

sampean memang cerdas mas, membuat puisi dengan bahasa Indonesia dengan benar, isinya juga keren, top

mbah Ismu mengatakan...

Tengkyu. Biasa ae kok, gak cerdas. Nek lahire neng amrik iso'e yo mung boso inggris. heuhehe... :-)