Jumat, 31 Juli 2009

Penggerak Manusia

Saat melihat hiruk-pikuk aktivitas orang-orang, pernahkan terpikir "Ngapain aja sih mereka? Apa sih maunya?". Ada berbagai kegiatan mulai dari ongkang-ongkang, bekerja, mengemis, mencuri, makan, tidur, berdagang, berpolitik, ngebom, perang, FBan, de-el-el. Berbagai aktivitas antar manusia memunculkan berbagai kesepakatan. Kesepakatan-kesepakatan umum kemudian lama-lama menjadi etika, tren, budaya, pola pikir, aturan, hukum dan berbagai konsekuensinya. Kemudian orang-orang beraktivitas dalam ikatan etika, budaya, aturan, hukum dan pola pikir itu. Dan begitu seterusnya... menjadi sebuah endless cycle.

Pernahkah selanjutnya terpikir "Ngapain sih aku?", "Ngapain sih binatang ini begitu?", "Ngapain sih pohon ini tumbuhnya begini?", "Ngapain sih cuaca ini?", "Ngapain sih bumi ini?", "NGAPAIN AJA SIH ALAM INI?"... Well, kayaknya kejauhan ya?! Ok, kembali ke urusan manusia aja... Ngapain aja sih KITA? Apa tujuan kita begini-begitu? Apa motifnya? Nah... kayaknya mulai ada satu titik terang nih: motif. Nampaknya ini yang menjadi titik tolak berbagai kegiatan kita. Entah apa motifnya. Bisa batik atau kotak-kotak... heuheuhehe....

Motif... terus apa motif binatang begini-begitu? Apa motif pohon? Apa motif batu? (Batu???) Apa motif cuaca? Apa motif alam ini bergerak-gerak? Wah... kayaknya menuju ke titik gelap lagi nih... ke tahi lalat! heuheuhehe....

Serius dong mbah!!!
Oke-oke, serius... Kayaknya kita harus petakan dulu. Di mana sih letaknya motif? Di insting, keputusan akal, atau dorongan perasaan? Apakah binatang punya akal? Punya insting? Pohon punya perasaan? Batu? Air? Angin? Udara? Hmmm... Coba kita lihat primbon suci:

  • "Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).' ...(dst.)" (QS 16: An-Nahl: 68-69). Makhluk-makhluk lain nampaknya bergerak berdasarkan wahyu / ilham secara langsung.


  • Lha, untuk golongan batu, air, angin? "Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa'. Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati'. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya....(dst.)". (QS 41: Fushilat: 11-12)


  • Kalau manusia gimana? "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (QS 91: Asy-Syams: 8-10).


Well... kayaknya manusia memang kasus khusus. Manusia masih diberi kesempatan / pilihan untuk menyucikan atau mengotori jiwanya. Mungkin ini sisi "kekhalifahan" manusia, mandat, otonomi. Boleh memilih ilham-ilham mana yang perlu dibuang, atau akan disimpan jiwa untuk dimaterialisasikan, drealisasikan. Untuk itu diperlukan akal. Keputusan akal ini yang dipertanggungjawabkan. Anak-anak yang masih "kurang akal", orang gila yang "hilang akal", atau orang pikun yang "akalnya sudah lemah", dapat discount khusus. Dis-count, tidak dihitung. (cek: Dongeng Pikiran)


Begitukah?
Secara gampangya begitu. Meskipun kalo dibahas lebih jauh nggak sesederhana itu (cek: Pertanyaan Besar). "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz)." (QS 6: Al-An'aam: 59). Tapi bottom line-nya udah mulai kelihatan. Motif, niat, yang diilhamkan kepada jiwa harus dipilah-pilah. Karena yang kita materialisasikan, kita realisasikan, baik atau buruk akan berbalik sesuai niatnya. Meskipun realisasi / hasilnya mungkin beda, sejak masih baru niat, bersitan pikiran, ide, whatever namanya, harus difilter yang sip-sip. Dengan begitu endless cycle yang terjadi dalam semua aktivitas manusia, sampai menjadi pola pikir, budaya, aturan, bisnis, hukum maupun politik bergerak membaik.

Dibahas lebih jauh dong!!!
Ntar aja! Atau tanya yang lain sono. Mbah juga blom katam, kurang ngerti. "Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.'" (QS 20: Thaha: 114)

_
mbah_ismu, Jakarta, 2009-07-31, malam Jum'at