Rabu, 11 Maret 2009

Dongeng si Jago Makan



Akulah si jago makan
Akan kutelan semua sajian
Kukecap segala kelezatan
Halal haram bukan urusan

Kelezatan telah menipuku
Semua rasa tidak berbekas
Laparku juga tidak berlalu
Hanya nafsuku semakin buas

Kini kumakan makanan sehat
Vitamin lengkap dan suplemen
Guru fitness pun aku sikat
Dan apa saja yang ada di iklan

Tetapi tren juga menipu
Hanya bodyku menjadi bongsor
Jadi rebutan di pasar baru
Bagaikan ternak kualitas ekspor

Lalu kumakan kekuasaan
Akan kugorok semua lawan
Kupanggang juga semua kawan
Asalkan kuraih kemenangan

Tetapi hasratku telah menipu
Hanya perang tanpa sahabat
Di mana-mana musuh melulu
Tiada orang tanpa muslihat

Mulai kucicip makanan hati
Membaca alam dan olah budi
Walau terkadang salah telan
Aku tak mati keracunan

Kini aku mulai tahu
Nafsuku yang makan kelezatan
Kini aku jadi mengerti
Nikmat pun ada dalam kepahitan

Kesehatan pun bisa kudapat
Dengan menahan haus dan lapar
Teman dan kendali pun mendekat
Dengan berbagi dan mendengar

Aku pun tahu yang lebih memuaskan
Bukan kuasa maupun teman
Bukan kenikmatan dan ikut-ikutan
Cukuplah sebuah panggilan:

Wahai jiwa yang tenang,
Maksuklah ke dalam surgaKu...


---
mbah_ismu, Jakarta 03/03/2009
First published at: www.facebook.com
---

Dongeng Aktor
(Pacarku Aktor)


Aku bangga pacarku aktor
Cinta bersemi dalam satu tour
Dia bintang grup kuda lumping
Gagah dan gesit berguling-guling
Berhati baja memakan beling

Bilangan tahun bertambah dua
Mimpi indahku menjadi nyata
Kini ku sudah berbadan dua
Hasil praktikum mantan pacarku
Disahkan oleh bapak penghulu

Kini anakku mau susu kaleng
Kuda lumpingku perlu uang kepeng
Masa tayangnya harus ditambah
Rute ngidernya perlu diubah
Pulangnya capek berkeluh kesah

Akupun bosan ronda di rumah
Semuanya jadi serba salah
Suasana bertambah genting
Kata-katanya kini bercampur beling
Terasa pedih mengamplas kuping


---
mbah_ismu, Jakarta, 03/2008
First published at: id.answers.yahoo.com
---

___
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS 2:216).

Dongeng Empu Gondrong


Aku adalah empu
Masih punggawa kerajaan
Meski padepokanku
Jauh di tengah hutan

Tungganganku kuda berumur
Dokarnya masih di pasar
Rumahku gedhek tidak dikapur (1)
Atapnya daun kelapa liar

Yang menjadi tugasku
Mempersiapkan calon pasukan
Mengajar sastra dan lelaku (2)
Olah budi dan kanuragan (3)

Cantrik-cantrikku (4)
Kebanyakan anak petani
Sebagian juragan lembu
Satu dua kerabat bupati

Yang anak petani
Cukuplah jadi pendekar (5)
Karena jumlah upeti
Sering tak terbayar

Yang anak juragan
Bolehlah jadi kumendan
Karena dari setoran
Terkadang dilebihkan

Yang kerabat bupati
Haruslah jadi pengganti
Meskipun kurang sakti
Punya koneksi pengutil upeti (6)

Bukan aku yang memutuskan
Itu wasiat perdana mentri
Katanya istana kurang anggaran
Tapi beli berlian tak pernah berhenti

Jadi empu percuma rasanya
Karena hakikat diperkosa khianat
Apakah para mentri telah lupa
Di padepokanku ajinya didapat (7)

Seandainya aku tak tahan
Kudeta tentu terjadi
JANGAN!
Membangun tatanan memakan jaman
Perang saudara semua rugi

_
Note:

1. Gedhek= dinding bambu
2. Lelaku= ritual mecari kesaktian
3. Kanuragan= ilmu kesaktian / bela diri
4. Cantrik= murid
5. Pendekar= pendek dan kekar :-)
6. Pengutil= pencuri kecil2an, mengambil sedikit-sedikit
7. Aji= derajat / kehormatan / kesaktian; aji-aji= benda keramat / pusaka

___
Memang berat perjuangan para guru, dosen, ilmuwan dan para cendekiawan di Indonesia...
---

mbah_ismu, Jakarta, 02/2008
First published at: id.answers.yahoo.com
---

Dongeng Pikiran
(Di Mana Pikiranmu?)


Masih bayi belajar berdiri
Pikirannya seputar kaki
Serasa ingin menjelajah negeri
Terasa goyah menginjak bumi

Tersenyum simpul balita gembul
Pikirannya sebatas dengkul
Berlari-lari terpantul-pantul
Minumnya susu buburnya bekatul

Akil baliq pun lewat
Pikirannya ke pisang dan donat
Pisang mencuat berdaun lebat
Donat bolong bertabur coklat

Masa remaja telah tiba
Pikirannya di antara paha
Pesona si dia menghapus norma
Hasrat berdua tanpa busana

Saat dewasa datang menjemput
Pikirannya berkutat di perut
Nafsu dunia membuat hanyut
Saling sikut ingin berebut

Kini rasanya mulai menua
Pikirannya di tangan dan dada
Terengah-engah dalam bekerja
Anak dan istri minta belanja

Rambutnya mulai beruban
Pikirannya di kerongkongan
Kata-katanya jadi panutan
Ini amanah atau kekuasaan?

Uban merata botak menganga
Pikirannya diam di kepala
Surut sudah kejayaanya
Menjadi kisah masa lalunya

Rambut tak rimbun mata pun rabun
Pikirannya beku di ubun-ubun
Katanya mbah sudah pikun
Mengunyah roti ternyata sabun

Sudah uzur napas tak teratur
Pikirannya lari ke kubur
Semeter dua sudah diukur
Tanah digali bukan sumur

Waktunya pulang ke liang lahat
Malaikat datang mendekat
Menagih pikiran amal dan niat
Semakin pucat mayat yang sesat


---
mbah_ismu, Jakarta 28/02/2008.
First published at: id.answers.yahoo.com
---

___
Edited @ 2010-10-10, added:
---
Dunia ini adalah alat simulasi - integrated - multiplayer - untuk manusia dalam belajar. Setiap manusia menjadi pengajar bagi yang lain melalui contoh jalan hidupnya. Benar maupun salah. Semua adalah pelajaran. Secara "akumulatif" tidak ada kejadian yang "salah" di dunia ini. So kayaknya kita juga layak berterimakasih pada Fir'aun atas pelajaran yg diperankannya untuk kita. Juga pada setan-setan dari golongan jin maupun manusia sebagai sparing partner.

Oret-oretan di atas adalah rangkuman kurikulum pelajaran tipikal untuk setiap manusia (dan jin?). Kekacauan sering diakibatkan orang-orang yang tertinggal pelajaran. Tingga kelas. Nunggak. Bodo ela-elo koyo kebo. Buta mata hatinya... Saat kurikulum pikirannya sudah di kerongkongan, kata-katanya jadi panutan anak buahnya. Berdehem jadi duit, batuknya jadi anak perusahaan, bersinnya jadi departemen... Kalau pikirannya telat "naik" sesuai kurilum, masih nyantol di urusan perut. Atau lebih parah... urusan di antara paha, di dalam hotel... Apa kata dunia?????
_